Bagikan:

MUMBAI - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menyampaikan belasungkawa atas serangan teror di Kashmir saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri India, Dr. Subrahmanyam Jaishankar, Kamis, (1/5) di sela-sela World Audiovisual and Entertainment Summit (WAVES) 2025 di Mumbai.

Menbud Fadli Zon menyampaikan simpati atas nama pemerintah Indonesia terkait serangan di Baisaran Meadow, dekat Pahalgam, Kashmir, pada 22 April lalu yang menewaskan 26 orang. Ia menegaskan solidaritas Indonesia terhadap India dan pentingnya kerja sama internasional dalam menjaga perdamaian dan keamanan.

“Indonesia berdiri bersama India dalam menghadapi tragedi ini. Kami percaya, kolaborasi budaya dan solidaritas global adalah kunci meredam ekstremisme,” ujar Fadli dalam pertemuan bilateral tersebut seperti dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat, 2 Mei.

Selain menyampaikan duka, Fadli juga membahas sejumlah langkah konkret penguatan hubungan bilateral, khususnya di bidang budaya. Salah satunya adalah tindak lanjut dari Cultural Exchange Programme (CEP) yang diteken saat kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India pada Januari 2025. Program ini mencakup pertunjukan budaya, pameran, pertukaran akademisi dan pemuda, serta kolaborasi film dan musik.

Fadli mengusulkan kerja sama co-production film, dokumenter, dan musik sebagai bagian dari penguatan CEP. Ia menilai, industri budaya harus menjadi motor diplomasi baru antara dua negara.

Dalam pertemuan tersebut, Fadli juga menyinggung tawaran India untuk membantu restorasi Candi Prambanan—komitmen yang disampaikan Perdana Menteri Narendra Modi dalam pertemuan bilateral sebelumnya dengan Presiden Prabowo. Ia mengundang tim konservasi India datang langsung ke Prambanan untuk mempercepat realisasi kerja sama tersebut.

“Restorasi ini bisa menjadi simbol persahabatan dua peradaban besar. Pelestarian warisan budaya bukan hanya tanggung jawab nasional, tapi juga mandat global,” tegas Fadli.

Pertemuan juga menyoroti warisan sejarah bersama Indonesia-India sebagai inisiator Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955. Fadli menekankan relevansi semangat Dasasila Bandung dalam memperkuat solidaritas Global South dan membangun tatanan dunia yang lebih adil.

“Dalam dunia yang makin terpolarisasi, kerja sama budaya dan sejarah bersama adalah senjata paling ampuh menghadapi fragmentasi global,” ujarnya.