JAKARTA - Di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, Bitcoin masih menunjukkan kekuatannya, di mana pada Rabu, 30 April, Bticoin bertahan di level harga 94.000 dolar AS (Rp1,56 miliar).
Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, ketahanan Bitcoin di tengah tekanan
makroekonomi dan geopolitik ini memperkuat pandangan bahwa Bitcoin semakin dipandang sebagai aset lindung nilai yang solid, serupa dengan emas.
“Jika tren ini terus berlanjut, Bitcoin berpotensi menarik arus modal lebih besar dari investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global,” kata Fahmi dalam pernyataannya.
Meski begitu, Fahmi menjelaskan bahwa rilisdata inflasi PCE AS pada 30 April ini akan menjadi peristiwa yang perlu diantisipasi oleh para investor. Karena menurutnya, tingkat inflasi yang lebih tinggi mungkin akan meningkatkan kekhawatiran investor.
“Meskipun kemungkinan The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan 7 Mei mendatang, tingkat inflasi yang lebih tinggi mungkin akan meningkatkan kekhawatiran investor yang dapat berdampak pada kembali melemahnya pasar kripto,” lanjutnya.
BACA JUGA:
Selain itu, Fahmi menambahkan, laporan tenaga kerja AS yang akan dirilis pada 2 Mei juga akan menjadi data penting yang akan dipertimbangkan The Fed dalam mengambil keputusan.
“Resiliensi sektor tenaga kerja menjadi salah satu faktor penting yang dapat turut mendukung kekuatan ekonomi di tengah belum pastinya dampak kebijakan tarif yang ada saat ini,” imbuhnya.
Fahmi pun percaya outlook Bitcoin yang cukup positif bisa membuat aset kripto tersebut cocok untuk dijadikan pilihan baik bagi para investor pemula maupun yang sudah berpengalaman.