TP Rachmat, pendiri Grup Triputra, berbagi pengalaman mengenai cara seorang pemimpin perusahaan atau CEO menghadapi krisis dan keluar dari jurang tersebut. Dalam hal ini, krisis ekonomi (krismon) 1998 dan krisis akibat pandemi COVID-19 yang masih terjadi hingga sekarang.
"Hope, yaitu harapan dan conviction, yaitu keyakinan bahwa krisis akan berakhir menjadi kata kunci yang membedakan kualitas pemimpin," ungkap TP Rachmat, dikutip dari Antara, Jumat, 26 Februari.
BACA JUGA:
Teddy Rachmat, sapaan TP Rachmat, mengatakan bahwa harapan dan keyakinan pemimpin akan membawa perusahaan yang dipimpinnya keluar dari jurang krisis akibat pandemi COVID-19.
Ia menjelaskan, dua hal itu akan membuat CEO mampu mengendalikan "gas dan rem" perusahaan. Artinya, tahu kapan harus menginjak gas dan kapan harus menginjak rem agar perusahaannya tetap kompeten, kontekstual, serta relevan dengan situasi saat ini, bahkan pascapandemi.
Hal-hal penting untuk menghadapi Krisis akibat pandemi COVID-19
Orang terkaya ke-18 di Indonesia ini menilai bahwa krisis yang disebabkan oleh pandemi saat ini masih jauh lebih baik daripada krismon 1998.
"Saat ini tidak tidak terjadi negative spread, NPL 2020 hanya 3—5 persen, inflasi hanya 1,68 persen, tidak ada lembaga perbankan yang harus tutup, dan investment grade 2020 berada di triple B, yang jauh lebih tinggi dari dari level selective default pada 1998," jelas TP Rachmat.
Ia juga berbagi nilai penting yang mesti dimiliki CEO dalam situasi krisis, yaitu core values, business model, core competence, dan cash flow.
"Krisis untuk menguji seberapa kuat dan dalam keyakinan kita pada core values yang kita yakini," katanya.
Akan tetapi, ia melanjutkan, disrupsi akibat pandemi juga harus terus dicermati karena akan menguji business model, core competence, serta cash flow perusahaan sehingga terhindar dari optimistis yang tidak realistis yang menyebabkan perusahaan tidak dapat bertahan sampai krisis berakhir.
"Krisis dapat menjadi sarana menempa kualitas Anda sebagai pribadi maupun sebagai pemimpin," terangnya.
Sementara, Partner Dunamis Organization Services dan Head of Franklin Covey Indonesia, Tommy Sudjarwadi, yang menjadi mitra SWA Media dalam mencari CEO terbaik menjelaskan bahwa dalam kondisi turbulensi, hanya CEO yang bisa membangun "trust" di kalangan karyawan yang bisa membawa perusahaan “selamat”.
"Kita semua paham bahwa pandemi telah menimbulkan krisis multidimensi yang membawa perubahan sangat cepat di berbagai tata cara kehidupan dan bisnis. Siapa pun yang menjadi CEO pada era ini tak bisa mengelak dari ancaman hidup dan matinya perusahaan," katanya.
Oleh sebab itu, dalam memilih CEO terbaik 2020 dilakukan survei terhadap para karyawan perusahaan atas 4 peran penting CEO, yaitu inspire trust, create vision, execute strategy, dan coach potential.
"Persyaratannya, perusahaan yang dipimpinnya harus memiliki kinerja bagus di era kepemimpinannya. Selain itu juga punya komitmen kuat untuk menjalankan Good Corporate Governance," tambah Pemimpin Redaksi SWA Sujatmaka.
Ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!